Berpala Jadi Tren Baru di Sidang Akhir Mahasiswa, Produk Lokal Aceh Selatan Curi Perhatian Dosen USK

BANDA ACEH, Bersuarakita.com – Inovasi bisa lahir dari keberanian menyuarakan yang lokal. Hal ini tercermin dalam sidang akhir yang dijalani oleh seorang mahasiswa Program Studi Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala (USK), pada Senin, 30 Juni 2025 pukul 16.00 WIB. Dalam sidang tersebut, Riski Alfandi, mahasiswa yang sedang menyelesaikan tugas akhirnya, secara kreatif menghadirkan Berpala, minuman fermentasi khas Aceh Selatan, sebagai bentuk dukungan terhadap produk UMKM lokal yang sedang berkembang pesat.
Baca Juga :
Sidang yang berlangsung di ruang sidang I Fakultas Pertanian USK itu dihadiri oleh jajaran dosen pembimbing dan penguji, yaitu Prof. Dr. Devianti, S.TP., MP (Pembimbing Ketua), Prof. Dr.-Ing. Ir. Agus Arip Munawar, S.TP., M.Sc., IPU (Pembimbing Anggota), Dr. Muhammad Idkham, S.TP., M.Si (Penguji I), dan Dr. Ir. Purwana Satriyo, S.TP., MT, IPM (Penguji II). Kehadiran Berpala di meja sidang menjadi sorotan tersendiri. Para dosen memberikan pujian atas inisiatif mahasiswa tersebut yang tak hanya menunjukkan kompetensi akademik, tetapi juga kepekaan sosial dan kepedulian terhadap pemberdayaan ekonomi daerah.
Berpala, yang diproduksi oleh pelaku UMKM di Aceh Selatan, merupakan minuman berbahan dasar fermentasi buah pala (Myristica fragrans) yang dicampur dengan madu. Tanpa kandungan alkohol, minuman ini menghasilkan sensasi segar seperti soda alami. Tak hanya memiliki cita rasa unik, Berpala juga dikenal kaya manfaat: membantu mengatasi insomnia, meredakan nyeri sendi dan pegal, meningkatkan nafsu makan, serta menjaga tekanan darah. Produk ini telah mengantongi izin edar dari BPOM, bersertifikat halal, dan menjadi salah satu kebanggaan kuliner khas Aceh Selatan.
Menurut Riski, kehadiran Berpala dalam ruang sidang bukanlah sekadar gimmick, melainkan bentuk nyata kolaborasi antara ruang akademik dan identitas lokal.
“Sebagai mahasiswa, kita punya tanggung jawab untuk memperkenalkan potensi daerah kita, termasuk dari sektor UMKM. Berpala adalah contoh produk yang layak tampil bukan hanya di pasar, tapi juga di ruang intelektual seperti ini,” ungkapnya usai sidang.
Baca Juga :
Lantik Tiga Kepala MIN, Yahwa Minta Jadikan Amanah Ini Sebagai Ladang Amal
Langkah ini dinilai sebagai pembuka tren baru dalam dunia akademik, khususnya di USK. Para dosen menilai bahwa ide menyuguhkan produk lokal dalam forum akademik bukan hanya memperkaya suasana sidang, tetapi juga menjadi cerminan nilai-nilai kontekstual dalam ilmu terapan. Tidak menutup kemungkinan, Berpala ke depan bisa menjadi “minuman resmi”
pendamping sidang akhir mahasiswa di USK—sebuah identitas baru yang memadukan lokalitas dan intelektualitas.
Para dosen pun berharap langkah semacam ini dapat menjadi pemantik tren positif di lingkungan akademik. Dalam sesi penutup sidang, mereka menyampaikan apresiasi atas keberanian mahasiswa mengangkat produk lokal sebagai bagian dari narasi akademik.
“Kita perlu mendorong lebih banyak mahasiswa untuk tidak hanya fokus pada data, tapi juga peduli terhadap lingkungan sosialnya. Produk lokal seperti Berpala harus terus diberdayakan, dikenalkan dalam ruang-ruang terhormat seperti ini, karena di situlah letak nilai tambah intelektual yang membumi,” ujar salah satu dosen penguji.
Baca Juga :
JMSI Pusat: Opini di Media Bagian dari Kerja Pers, Laporan USK Dinilai Salah Tempat
Harapannya, Berpala bisa menjadi awal dari gerakan budaya kampus yang lebih sadar potensi lokal—baik sebagai bagian dari identitas, maupun kontribusi terhadap ekonomi daerah.