Sunyi di Balik Pintu Rumah: Lansia dan Disabilitas di Pidie Jaya Bertahan Tanpa Kursi Roda

PIDIE JAYA , Bersuarakita.com – Di sejumlah gampong di Pidie Jaya, ada cerita pilu yang jarang terdengar. Lansia dan penyandang disabilitas harus bertahan hidup dalam keterbatasan, terkurung di balik dinding rumah karena tubuh tak lagi mampu menopang langkah.
Sebagian dari mereka tersungkur setelah diserang stroke, sebagian lagi kehilangan tulang yang patah akibat kecelakaan. Ada juga yang tubuhnya melemah karena usia renta. Namun, penderitaan itu kian berat karena mereka tidak memiliki alat bantu mobilitas—kursi roda, tongkat ketiak, atau sekadar penopang tubuh untuk bergerak.
Baca Juga :
Polres Pidie Jaya Fasilitasi Mediasi Sengketa Ternak, Perdamaian Jadi Jalan Tengah
“Mereka hanya bisa duduk atau berbaring di rumah. Untuk keluar halaman pun tidak bisa, apalagi berinteraksi dengan tetangga,” ungkap Ari Khan, Kabid Kesos Dinas Sosial Pidie Jaya, mewakili Kepala Dinas Sosial, Agusmaydi.
Stok Alat Bantu Kosong
Ironisnya, harapan itu terganjal fakta pahit: stok kursi roda dan tongkat di Dinas Sosial Pidie Jaya sudah habis.
Jenis kursi roda 3 in 1, kursi roda biasa, kursi roda CP, hingga tongkat ketiak terakhir kali diadakan pada tahun 2023.
Saat itu, pengadaan dilakukan melalui Dana Otonomi Khusus Aceh (Otsus) dan Dana Aspirasi APBA dari Ihsanuddin. Namun permintaan yang terus meningkat membuat stok ludes dalam waktu singkat.
Baca Juga :
Serbu Pangan Murah! Warga Pidie Jaya Antre Panjang Dapat Beras, Minyak, dan Gula Rp 95 Ribu
Kini, puluhan warga harus menunggu entah sampai kapan. Padahal bagi mereka, kursi roda bukan sekadar benda logam beroda, melainkan jembatan menuju kehidupan yang lebih layak—jalan untuk keluar dari isolasi sosial dan kembali menatap dunia luar.
Harapan di Tengah Keterbatasan
Dinas Sosial Pidie Jaya pun mengulurkan permohonan terbuka kepada Bupati dan DPRK Pidie Jaya, agar dapat mengalokasikan kembali dana aspirasi atau anggaran tambahan untuk pengadaan alat bantu.
“Kepedulian ini sangat dinantikan. Jangan sampai ada lansia dan penyandang disabilitas yang harus hidup dalam keterasingan hanya karena tidak punya kursi roda atau tongkat,” kata Ari Khan dengan nada penuh keprihatinan.
Suara yang Perlu Didengar
Bagi masyarakat kebanyakan, kursi roda mungkin sekadar alat medis. Namun bagi Maimun (70), seorang lansia yang lumpuh karena stroke, kursi roda adalah harapan terakhir untuk bisa menatap matahari pagi dari halaman rumahnya.
Baca Juga :
DPRK NasDem Serahkan Becak Motor Disabilitas, Angkat Kembali Semangat Hidup Pemuda Panteraja
“Kalau ada kursi roda, saya bisa duduk di luar, lihat orang lalu-lalang. Sekarang saya hanya bisa dengar suara dari dalam rumah,” katanya lirih.
Kisah-kisah seperti ini adalah alarm kemanusiaan. Bahwa di balik semarak pembangunan, masih ada mereka yang menunggu uluran tangan, agar tak lagi terkurung dalam sunyi dan keterbatasan.